Marty Minta Diplomat Berani Bertindak Kala Krisis
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengajak seluruh jajaran diplomat untuk berani mengambil langkah di saat krisis dan secara agresif memperjuangkan perdamaian.
“Ketika terjadi krisis, itulah saat diplomat bekerja. Jangan menutup diri karena itu akan memperburuk situasi. Dialog dan komunikasi bukanlah sebuah kelemahan tetapi alat untuk menguraikan kepentingan yang tumpang tindih serta membangun kepercayaan bersama,” kata Marty dalam sambutan membuka ASEAN-UN Workshop on Lessons Learned and Best Practices in Conflict Prevention and Preventive Diplomacy di Jakarta, Jumat, 5 April 2013.
Menurut Marty, ASEAN punya banyak forum serta mekanisme dalam mengembangkan budaya perdamaian. Namun saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mengatasi potensi konflik. Marty menegaskan kediaman dan sikap pasif akan membuat ASEAN tertinggal dari pentas dunia.
Dia mengingatkan kawasan Asia Timur memiliki banyak tantangan mulai dari Semenanjung Korea, Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan. Saat ketegangan meningkat ada risiko besar miskalkulasi serta eskalasi dari insiden sekecil apapun. Ketika itulah, potensi ketegangan harus dikelola melalui komunikasi dan dialog. “Risiko dari kegagalan diplomatik jauh lebih ringan ketimbang risiko ketiadaan tindakan,” tegasnya.
Workshop ASEAN-UN diselenggarakan selama dua hari, 5-6 April 2013 dan dihadiri sekitar 50 pejabat dan perwakilan dari 10 negara ASEAN, 10 lembaga kajian strategis, para pakar dan pejabat senior PBB.